Merdeka Belajar Mengapa Ada Kurikulum?

Pendidikan di Indonesia dari masa ke masa terus mengalami perubahan. Sebagaimana tujuan didirikannya negara Indonesia salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut, pemerintah melalui pihak yang berwenang merumuskan dan menyusun kurikulum pendidikan. Setidaknya Indonesia telah menerapkan 10 kurikulum sejak Indonesia merdeka hingga saat ini. Dua kurikulum terakhir adalah kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum yang berubah-ubah, tentunya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun kenyataannya, pendidikan di Indonesia mutunya tidak semakin baik. Bahkan bisa dikatakan semakin menurun. Kalau pada tahun 80-an banyak pelajar atau mahasiswa asing yang belajar di Indonesia, kini justru sebaliknya. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah dari 79 negara.
Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya komponen-komponen yang saling berkesinambungan antara satu dengan lainnya. Komponen-komponen tersebut meliputi; pendidik, kurikulum, sarana prasarana, administrasi dan biaya. Dari kompomen-komponen tersebut, pendidik merupakan komponen utama. Sedangkan kurikulum menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Namun pada kenyataannya banyak pendidik (guru) yang menganggap kurikulum sebagai “kitab suci” yang harus dijunjung tinggi. Bahkan tidak sedikit, pendidik (guru) yang melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada kurikulum secara utuh tanpa melakukan pengembangan.
Fenomena yang terjadi di dunia pendidikan kita adalah banyaknya guru yang takut melangkah dan melakukan inovasi dalam pembelajaran. Mereka khawatir pembelajarn yang dilakukan tidak sesuai kurikulum. Tidak sedikit kita menjumpai guru yang mengajar sebagai kegiatan menggugurkan kewajiban, tanpa adanya kesadaran untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang memuaskan.
Munculnya kebijakan merdeka belajar yang digagas oleh Mendikbud RI, setidaknya memberikan angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Bila pada masa-masa kabinet sebelumnya, kebanyakan menteri pendidikan melakukan perubahan pada kurikulum pendidikan. Kali ini, perubahan yang dilakukan adalah pada pelaku pendidikan. Karena pada hakekatnya, perubahan itu akan berhasil bila dilakukan pertama kali oleh diri sendiri. Dengan adanya kebijakan merdeka belajar, sedikit banyak akan memberikan kebebasan peserta didik untuk menerima pendidikan dan keterampilan sesuai bakat dan minat yang dimiliki. Bahkan seorang pendidik (guru) bebas untuk belajar dan menggali informasi, agar mampu menghadirkan pembelajaran yang lebih manusia dan menyenangkan tidak hanya di dalam kelas, namun juga di luar kelas.
Dengan kebijakan merdeka belajar, pendidik (guru) diberikan kebebasan untuk berpikir dalam menerjemahkan kompetensi dasar dan kurikulum. Pendidik (guru) diberikan keleluasaan dalam memahami, memaknai dan mengembangkan kompetensi dasar yang termuat dalam kurikulum. Pendidik (guru) leluasa mengembangkan potensi siswa tanpa terikat oleh nilai dan rangking, karena pada hakekatnya siswa mempunyai potensi yang tidak sama.
Lembaga pendidikan yang memiliki potensi dan sumber daya manusia yang paham terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu akan menyambut dengan antusias kebijakan tersebut. Sekolah bisa menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis pada pengenalan dan penggunaan teknologi. Program robotika adalah salah satunya. Selain program tersebut tergolong langka, namun manfaat yang diperoleh siswa sangat besar. Siswa akan tertarik untuk mempelajari teknologi yang bermanfaat dan membantu tugas-tugas manusia. Program robotika akan meningkatkan nilai jual sekolah.
Arikel ini telah terbit dalam buku berjudul Sudahkah Kita Merdeka Belajar? Mediaguru, 2020.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Guru Tanpa Internet Serasa Kurang Gizi
- Ada Cerita Ramadhan di Balik Covid-19 (Siswa Penulis MIN 1 Magelang)
- Pengalaman Romadhonku di Tengah Pandemi Corona
- Kisah Ramadhanku
- Tetap Puasa Walau di Rumah Aja
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :
Komentar :
Kembali ke Atas