• gambar
  • gambar

SELAMAT DATANG DI WEB RESMI MIN 1 MAGELANG. PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU MADRASASAH (PPDBM) 2024-2025 DIBUKA 1 MARET 2024 TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA...

Pencarian

Kontak Kami


MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 MAGELANG

NPSN : 60711235

Santan Sumberrejo Mertoyudan Magelang


info@min1magelang.sch.id

TLP : (0293)326756


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 249661
Pengunjung : 100250
Hari ini : 21
Hits hari ini : 29
Member Online : 235
IP : 44.204.217.37
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

  • Edi Martani, M.Pd.I (Guru)
    2022-06-01 20:13:05

    Selamat mengikuti PAT 2022. Semoga sukses dengan prestasi yang memuaskan. Prestasi harus, jujur wajib.
  • Aisyah Sita Rahmadani (Siswa)
    2022-02-20 18:42:00

    Apa yang Anda pikirkan?
  • Aisyah Sita Rahmadani (Siswa)
    2022-02-20 18:35:16

    saya sedang memikirkan Raditiya Ega Pramudiya
  • Rina Nur Rahmawati, M.Pd (Guru)
    2021-12-22 12:52:05

    MENJADI BAIK ITU MUDAH DENGAN HANYA DIAM, MAKA AKAN TAMPAK ADALAH KEBAIKAN, YANG SULIT ITU MENJADI BERMANFAAT ITU MEMBUTUHKAN PERJUANGAN ( KH....
  • Rina Nur Rahmawati, M.Pd (Guru)
    2021-07-17 22:23:22

    SEMANGAT BARU PJJ 2021/2022
  • Fitri Wahyuningsih (Siswa)
    2020-09-07 07:57:26

    Apa yang Anda pikirkan?
  • Zahra Amalia Nurfatikhah (Siswa)
    2020-09-05 11:51:30

    Tetap semangat walau dari rumah
  • Lintang Baihaqi Khoirurijal (Siswa)
    2020-09-02 08:56:51

    sehat sehat sehat
  • Aulia Putri Nadzifa (Siswa)
    2020-08-29 23:28:14

    Apa yang Anda pikirkan?
  • Aulia Putri Nadzifa (Siswa)
    2020-08-29 22:32:00

    Apa yang Anda pikirkan?

Membangun Budaya Menulis Guru dengan Sabusabu




Lain halnya dengan siswa, gurupun tidak ketinggalan dalam upaya memajukan sekolah melalui budaya literasinya. Kepala sekolah mengajak guru untuk menulis sebuah buku. Program menulis buku bagi guru ini pertama dikenalkan pada guru melalui program Sabusabu (Satu bulan satu buku). Untuk mewujdukan program tersebut sekolah bekerja sama dengan penerbit dan percetakan untuk membantu mencetak buku karya guru. Buku tersebut berupa laporan PTK dan buku cerita populer. Harapannya buku cerita populer tersebut dapat dibaca oleh siswa. Buku yang ditulis oleh guru akan lebih mengena pada siswa, karena kebanyakan isinya bercerita tentang suka duka guru dan siswa. Dengan buku cerita karya guru sendiri, diharapkan adanya pesan moral dan pendidikan karakter sesuai harapan kurikulum sesuai dengan jenjang kelas dan usia siswa.

Dalam program Sabusabu terdapat lima langkah yang dapat dilakukan sekolah, untuk membangun budaya literasi. Empat lanhkah tersebut adalah; 1) pelatihan menulis, 2) aktif menulis di blog dan sejenisnya, 3) menerbitkan buku, 4) penularan dan hasil menulis, 5) pemberian reward bagi guru penulis.

 

  1. Mengikuti pelatihan menulis

Dalam setiap pelatihan, kepala sekolah berperan aktif menyampaikan informasinya kepada semua guru. Pelatiahn yang sifatnya terbatas, kepala sekolah mengambil kebijakan dengan cara bergiliran agar semua guru dalat pengikutinya. Dalam pelatihan menulis, peserta dilatih untuk dapat menulis. Saat ini banyak buru yang beranggapan bahwa untuk dapat membuat dan menerbitkan buku, guru harus sekolah sampai strata 3 atau Doktor.

Namun ternyata anggapan itu terbantahkan, banyak guru yang tiba-tiba menjadi penulis dalam waktu sebulan. Salah satu pelatihan meluis yang diikuti adalah pelatihan menulis buku Sagusabu (Satu guru satu buku). Dan ternyata menulis sangat menyenangkan. Kini menulis sudah menyebar ke segala penjuru, banyak guru yang sukarela mengikuti pelatihan menulis tersebut meskipun harus dengan biaya sendiri. Selain itu, sekolah mendelegasikan guru inti untuk mengikuti setiap pelatihan menulis agar selanjutnya ditularkan kepada guru lain.

 2. Aktif menjadi penulis

Salah satu langkah menularkan budaya literasi adalah melalui menulis. Agar tulisan bisa dibaca oleh orang lain perlu dipublikasikan melalui jejaring sosial. Salah satu blog yang dimunati banyak guru penulis adalah Gurusiana. Melalui blog guru berlatih menulis, dan menampilkan tulisannya kepada semua pembaca. Seorang guru tidak dapat menjadi penulis secara istant, semua perlu proses pematangan.

Melalui blog ini, guru menjadi tahu seberapa bobot dan mutu tulisannya. Kemudian guru akan membukukan tulisannya dalam sebuah buku. Kalau siswa ditargetkan membaca buku satu minggu satu buku harus selesai, maka guru ditargetkan mampu menyelesaikan tulisannya dalam satu bulan. Artinya antara buku karya guru yang akan dibaca oleh siswa dalah satu bulan adalah empat buku minimal. Berarti pula bahwa guru harus benar-benar siap membuat satu buku dalam satu bulan, suatu saat mungkin satu buku dalam satu minggu dan seterusnya.

 

  1. Menerbitkan buku

Menjadi penulis dan menerbitkan buku karya sendiri adalah kebanggaan setiap guru. Sampai saat ini menerbitkan buku bagi seorang penulis belum berjalan mulus, hal ini terkait dengan beragamnya tulisan guru yang belum sesuai dengan tata tulis yang benar. Diperlukan kerja keras editor untuk dapat melahirkan sebuah buku melaui penerbit. Namun hal tersebut tidak mengendorkan semangat guru-guru untuk terus menulis dan menerbitkan buku. Pokoknya menulis, karena mereka yakin buku akan hidup lebih lama daripada penulisnya.

Sementara ini sekolah mencetak buku terbatas dan khusus untuk bacaan siwa di sekolah sendiri. Keuntungan dari guru menulis dan menerbitkan buku sendiri adalah untuk memberdayakan guru dalam menulis dan melengkapi bacaan siswa yang dirasa masih jauh dari cukup. Selain itu menulis termasuk salah satu upaya untuk membangun budaya literasi di sekolah.

  1. Menularkan kepada guru

Salah satu langkah yang cocok dalam membangun budaya literasi di sekolah adalah menularkan hasil pelatihan menulis kepada guru dan siswa. Dengan cara penularan ini diharapkan budaya literasi di sekolah akan berkembang pesat. Hambatan anak akan membaca dan guru tentang menulis akan sedikit berkurang, ketika guru dan siswa selalu mengisi waktu-waktu luang untuk membaca dan menulis. Memang segala bentuk hiburan yang hadir melalui media audio visual baik media cetak, televisi dan gawai tidak bisa dihilangkan. Namun dengan kesibukan baru ini, hambatan dan rintangan dalam upaya membangun budaya literasi dapat diminimalisir.

 

  1. Memberikan reward kepada guru penulis

Hadiah yang diberikan sekolah terhadap guru yang telah berhasil menulis bervariasi. Tergantung tingkat capaian yang diperoleh masing-masing guru. Secara garis besar, reward yang diterima guru penulis antara lain; sertifikat sebagai guru penulis, kredit point dalam angka kredit sesuai perundang-undangan yang berlaku, uang pembinaan, dan biaya mengikuti pelatihan lanjutan dari sponsor dan pihak lain.




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :




Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :

Nama :

E-mail :

Komentar :

          

Kode :


 

Komentar :


   Kembali ke Atas